Membangun Budaya Baca Sejak Dini
Oleh: Adam Muhammad
Bacalah!
Begitu ayat pertama dari Al-qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW. Ini berarti kita memang harus mempersiapkan sejak dini
generasi-generasi yang gemar membaca. Membaca memang bisa memiliki makna
yang luas, namun pada tulisan ini saya hanya hendak meninjau kata
“membaca” dalam maknanya sebagai membaca sebuah text atau buku.
Ketika
bertanya kepada para remaja itu, saya melontarkan sebuah pertanyaan
sederhana. “Apakah kalian senang membaca? Buku apa yang kalian baca?
Adakah anggaran rutin bagi kalian untuk membeli buku bacaan? Apakah
pengeluaran kalian pada pulsa sebanding dengan pengeluaran kalian untuk
membeli buku?”
Pertanyaan
yang cukup sederhana memang, namun jawabannya benar-benar membuat saya
harus menelan pil pahit. Rata-rata mereka memang terkadang membaca namun
bacaannya seputar buku ajar sekolah, itupun seringkali hanya ketika
mereka mau ulangan atau ujian. Di luar itu, jangan harap mereka menekuni
buku itu dan dibawanya kemana-kemana untuk dikaji lebih dalam tentang
isinya. Apalagi buku pengetahuan lain diluar buku ajar sekolah.
Anggaran
rutin untuk belanja buku? Ah, boro-boro. Kalaupun ada yang
menganggarkan mungkin untuk menyewa komik atau novel. Sementara itu
hampir semua mereka menganggarkan uang mereka untuk membeli pulsa hingga
puluhan ribu per bulan. Belum lagi gonta-ganti hape setiap ada trend
hape terbaru keluar. Terasa timpang dalam hati saya melihat keadaan itu.
Keadaan
ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Generasi ini akan tumbuh
menjadi generasi apa kalau saat remaja tidak suka membaca buku. Padahal
buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Sementara hanya mengandalkan
pelajaran di sekolah jelas amatlah kurang. Untuk itu marilah kita
budayakan gemar membaca sejak dini agar keilmuan kita dan para remaja
itu berkembang pesat.
Pertama,
marilah kita sisihkan sebagian pendapatan kita untuk membeli buku
bacaan. Buku yang saya maksud tentu bukan hanya buku ajar sekolah tetapi
ia dapat berbentuk buku-buku sastra, buku-buku ilmu pengetahuan,
buku-buku motivasi, buku-buku populer dan yang pasti adalah buku-buku
pengetahuan agama. Jadi, usahakan tiap bulannya kita dapat menambah
koleksi buku di rumah sehingga tersedia berbagai bacaan alternatif bagi
si anak.
Kedua,
buatlah semacam perpustakaan di rumah kita. Dimana di situ, kita
lengkapi dengan koleksi-koleksi buku yang tertata rapi dan menarik untuk
dipandang. Atau kalau perpustakaan dirasa terlalu berat, bolehlah
memanfaatkan setiap ruang di rumah dengan lemari yang dipenuhi buku.
Pendek kata, hiasilah rumah kita dengan buku sehingga buku menjadi
barang yang sangat menarik di rumah hingga penghuninya selalu ingin
membaca buku.
Ketiga,
gerakan gemar membaca haruslah menjadi gerakan bersama. Jangan sampai
orang tua sibuk menceramahi anaknya untuk membaca, belajar dan belajar
sementara dirinya asyik menonton sinetron. Begitu pula juga dengan jika
kita memiliki anak yang masih balita, ajarlah dia untuk mulai menggemari
buku. Hal ini memerlukan komitmen bersama, sebagai contoh bada maghrib
hingga isya adalah waktunya membaca Al-qur’an dan buku agama kemudian
bada isya waktunya membaca buku bacaan lain dan mereview pelajaran
sekolah. Nah, di jam-jam yang telah disepakati bersama itu haruslah
semua pihak di rumah itu untuk melaksanakannya tak terkecuali adik
balita dan orang tua.
Semoga
dengan ketiga hal yang saya tulis itu bisa memberikan atmosfir yang
kondusif bagi keluarga khususnya para remaja agar mulai menggemari buku.
Saya yakin kalau generasi mudanya sudah sangat gandrung membaca, maka kelak mereka akan menjadi penerus cita-cita luhur kita yang bisa dibanggakan.
Tags:
Budaya dan Pendidikan