Penyebab Tsunami dan Akibatnya
Indonesia merupakan negara yang terletak di antara
dua Benua yakni Asia dan Australia dan antara dua Samudera yakni Pasifik dan
Hindia sehingga menjadi zona pertemuan lempeng dunia. Hal inilah yang menjadi penyebab
kenapa Indonesia memiliki banyak gunung terutama yang berstatus masih aktif.
Setiap tahun lempeng terus bergerak aktif, saling menjauhi ataupun saling
menabrak satu sama lain dan terus terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun.
Lempeng yang saling bertabrakan tentu saja akan ada
salah satu lempeng yang kalah dan pada akhirnya terangkat ke atas membentuk
dataran tinggi dan pengunungan. Seperti contoh lempeng/ plate India-Australia
yang bergerak menabrak lempeng Eurasia 5.6 cm per tahun yang terjadi pada pulau
Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara dan lempeng Pasifik yang bergerak mendekati
lempeng Philipina dan Eurasia sebesar 12 cm per tahun yang terjadi pada sekitar
pulau Papua dan kepulauan Maluku menyebabkan banyak gunung berapi di wilayah
tabrakan antar lempeng tersebut.
Ketika terdapat dua lempeng yang saling bergerak
menyebabkan gesekan diantara keduanya dan tak jarang menimbulkan gempa teknonik
yang selalu terjadi tiap tahun di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pantai
barat Sumatera, pantai selatan jawa dan Nusa tenggara hingga sebagian besar
wilayah Papua sekitarnya. Dan menurut fakta yang sering terjadi, gempa tektonik
di Indonesia terjadi pada wilayah lautan sehingga tak jarang menimbulkan
potensi Tsunami.
Pengertian Tsunami
Tsunami berasal dari dua kata jepang, “Tsu” yang
berarti pelabuhan dan “Nami” yang berarti gelombang dan secara harafiah berarti
gelombang besar di pelabuhan merupakan perpindahan badan air skala besar yang
disebabkan oleh perubahan air laut secara tiba tiba dengan gerakan vertikal
yang terjadi di lautan lepas.
Gelombang Tsunami dapat bergerak ke segala arah
hingga mencapai jarak ribuan kilometer, daya kerusakan-nya akan semakin kuat
pada daratan yang dekat dengan pusat gangguan. Pada lautan dalam gelombang
tsunami tidaklah terlalu tinggi yakni hanya 1 meter namun kecepatannya bisa
mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam (setara dengan kecepatan pesawat
jet), sehingga tidak terasa oleh kapal yang berada di lautan.
Semakin mendekati daratan kecepatan tsunami akan
semakin menurun setidaknya hingga mencapai 35 hingga 50 kilometer per jam,
namun gelombangnya semakin tinggi yakni dapat mencapai 20 meter sehingga dapat
masuk puluhan kilometer kedalam daratan, sehingga dapat meluluh-lantakan apapun
yang menghadangnya seperti kendaraan dan material lainnya.
Gelombang tsunami skala besar dapat menimbulkan
jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit, hal ini disebabkan oleh daya hantam
yang begitu besar sehingga dapat merusak apapun seperti tumbuhan, bangunan dan
manusia yang hanyut terbawa gelombang, selain itu tsunami juga dapat merusak
areal pertanian dan sumber air bersih seperti sumur karena pencemaran air asin
ketika gelombang tsunami masuk ke daratan.
Penyebab Terjadinya Tsunami
Pada jaman dahulu, banyak orang yang beranggapan
bahwa tsunami merupakan salah satu wujud gelombang pasang yang terjadi dalam
skala besar, namun saat ilmu pengatahun sudah semakin berkembang khususnya
dibidang Oseanografi, anggapan tersebut terbukti keliru dan tidak sesuai lagi.
Memang secara penampakan tsunami mirip dengan gelombang pasang yakni air naik
ke daratan, namun terdapat perbedaan yang begitu mencolok yakni gelombang
pasang terjadi secara perlahan dan bertahap sehingga tidak merusak, sedangkan
tsunami bersifat sebaliknya.Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
tsunami seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Gempa Bumi Bawah Laut
Penyebab tsunami yang paling umum adalah Gempa bumi
bawah laut. Ia Merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan tsunami dengan
persentase 90 persen kerjadian tsunami disebabkan oleh terjadinya gempa yang
berada dibawah samudera.Sebagai zona pertemuan lempeng dunia, menjadikan
Indonesia sangat berpotensi mengalami gempa yang berpusat di bawah laut. Namun
tidak semua gempa bawah laut bisa menimbulkan tsunami.
Beberapa kriteria yang dapat menyebabkan terjadinya
tsunami seperti, pusat gempa yang terletak di kedalaman 0 hingga 30 km dibawah
permukaan laut. Semakin dangkal pusat gempa maka akan semakin besar peluang
munculnya tsunami hal ini disebabkan oleh getaran yang dihasilkan akan semakin
kuat. Selain itu gempa besar dengan kekuatan di atas 6.5 SR juga menjadi
pemicu, karena dengan kekuatan sebesar itu sudah mampu mempengaruhi gelombang
laut.
Kriteria selanjutnya adalah jenis persesaran gempa
berjenis naik turun, sehingga akan menimbulkan gelombang baru yang jika
bergerak ke daratan bisa menghasilkan tsunami. Lebih parah lagi jika terjadi
patahan di dasar laut sehingga menyebabkan air laut turun secara mendadak dan
menjadi cikal bakal tsunami.
2. Letusan Gunung Berapi Bawah Laut atau Atas
Laut
Dampak letusan gunung berapi bawah laut dapat
menjadi penyebab tsunami yang sangat besar. Tidak hanya di daratan, lautan yang
begitu luas sebenarnya juga terdapat gunung berapi, yang apabila meletus akan
menimbulkan getaran yang efeknya sama dengan gempa tektonik bawah laut tadi.
Meskipun jarang terjadi namun jika sekali terjadi dapat menimbulkan tsunami.
Semakin besar skala letusan maka akan semakin besar tsunami yang dihasilkan.
Peristiwa tsunami yang paling terkenal akibat
letusan gunung berapi yakni terjadi pada tahun 1883 dimana saat itu gunung
krakatau meletus dengan begitu dahsyat sehingga menimbulkan gelombang tsunami
yang menyapu bersih desa desa di pantai sekitar selat sunda. Begitu juga dengan
letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang menimbulkan tsunami di daerah Jawa
timur, Nusa tenggara hingga mencapai kepulauan Maluku.
Indonesia sebagai negara yang memiliki gunung
berapi terbanyak sehingga dijuluki Ring of Fire harus waspada terhadap potensi
tsunami yang disebabkan oleh letusan vulkanik gunung berapi. Terutama pada
gunung yang berdekatan dengan laut seperti gunung Gamalama di kepulauan Maluku
utara dan Anak Krakatau di selat Sunda (baca : ciri ciri gunung berapi akan
meletus).
3. Longsor Bawah Laut
Penyebab tsunami yang juga termasuk sering adalah
karena longsor. Kejadian longsor tidak hanya terjadi di daratan yang sering
diberitakan selama ini. Di dasar laut sebenarnya juga memiliki struktur yang
mirip dengan daratan yakni terdapat bukit/ punggung laut dan lembah/ palung
laut, serta cekungan yang dapat saja longsor dimana semakin besar volume
longsoran maka akan semakin tinggi potensi terjadi tsunami.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
longsor laut, seperti gempa bumi tektonik dan letusan gunung bawah laut atau
didaratan yang dekat dengan laut. Kedua faktor ini tentu saja menimbulkan
getaran yang memicu longsor pada struktur dasar laut. Pada daratan pun sering
terdengar peristiwa longsor yang disebabkan oleh gempa bumi.
Penyebab lainnya yaitu terjadinya tabrakan antar
lempeng yang terjadi di dasar laut, sehingga menimbulkan patahan dan longsor.
Pada tahun 2008 diadakan penelitian di samudra Hindia yang menyebutkan adanya palung
laut yang membentang dari pulau Siberut hingga pesisir pantai Bengkulu yang
apabila longsor dapat menyebabkan tsunami di pantai barat Sumatera. Tsunami
yang terjadi akibat longsor disebut juga dengan tsunamic submarine landslide.
4. Hantaman Meteor
Meskipun sangat jarang terjadi namun kekuatan
tsunami yang disebabkan oleh meteor yang jatuh ke samudera/ lautan sangatlah
masif. Sepanjang sejarah peradaban manusia, belum ada dokumentasi mengenai
tsunami akibat hamtaman meteor ini. Namun berdasarkan simulasi yang dilakukan
pada komputer canggih, dampaknya merupakan paling besar jika dibandingkan
dengan tsunami yang disebabkan faktor lain.
Jika meteor nya berukuran kecil tidak terlalu
berpengaruh, namun jika ukuran meteor sangat besar, misalnya berdiameter lebih
dari 1 km maka akan menimbulkan mega tsunami dengan ketinggian gelombang
ratusan meter. Dan hal ini tentu saja akan mengakibatkan kehancuran peradaban
manusia dan menyapu bersih daratan hingga ratusan kilometer dan menenggelamkan
pulau pulau kecil disekitar pusat hamtaman. (baca : penyebab banjir dan tanah
longsor)
Belum lagi dampak jangka panjangnya yang
mempengaruhi bumi seperti perubahan iklim, hancurnya pertanian dunia dan
kelaparan massal serta pada akhirnya menyebabkan kematian makhluk hidup dalam
skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan meteor saat menabrak bumi yaitu
sekitar puluhan ribu kilometer per jam, sehingga dapat dibayangkan betapa besar
energi yang dihasilkan akibat hantaman, terlebih jika ukurannya sangat besar.
Tanda Tanda Awal Sebelum Terjadi Tsunami
Seperti pada bencana alam secara umumnya, tsunami
juga memiliki tanda tanda khas yang sebenarnya dapat dipelajari sehingga akan
meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Ada tanda tanda yang sangat jelas namun ada
pula yang samar. Tanda yang sangat jelas merupakan indikator utama yang apabila
muncul sudah dapat dipastikan bencana tsunami akan segera datang. Berikut tanda
tanda awal yang sering terjadi sebelum datangnya tsunami.
1. Diawali Dengan Terjadinya Gempa Bumi
Pemicu awal sebelum terjadinya tsunami adalah
terjadinya gempa besar terutama di sekitar pantai dan laut. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas minimal kekuatan gempa sebesar 6.5 SR baru dapat
dikategorikan sebagai tanda awal. Namun jika gempa bumi skala kecil maka tidak
perlu dihiraukan karena tidak akan menimbulkan tsunami.
2. Air Laut Yang Tiba Tiba Surut
Tanda yang paling jelas sebelum terjadinya tsunami
adalah air laut yang surut secara tiba tiba. Jika terjadi kejadian seperti ini,
segera lakukan evakuasi secepatnya karena tidak lama setelah tanda ini ,muncul
tsunami datang dan menghantam daratan. Semakin jauh surutnya maka biasa nya
akan semakin kuat dan besar tsunami yang dihasilkan, meskipun surutnya air laut
tidak selalu berkaitan dengan bahaya tsunami namun perlu diwaspadai supaya
tidak jatuh banyak korban jiwa.
Sebenarnya yang menyebabkan air laut surut karena,
sesaat sebelum munculnya gelombang tsunami, permukaan laut turun secara
mendadak yang disebabkan oleh gempa bumi, longsor dan faktor lain, sehingga
terdapat kekosongan ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik dan ketika
gelombang tsunami sudah tercipta baru kembali ke pantai dengan gelombang yang
besar.
3. Tanda Tanda Alam Yang Tidak Biasa
Seperti gerakan angin yang tidak biasa, perilaku
hewan hewan yang aneh, misalnya kelelawar yang biasanya tidur di siang hari
terlihat aktif akif pada 30 menit sebelum terjadinya tsunami. Burung burung
yang terbang bergerombol yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Begitu juga
perilaku hewan hewan darat yang gelisah seperti yang terjadi di Thailand dimana
sekitar satu jam sebelum tsunami menghantam negara tersebut, diketahui gajah
gajah berlarian menuju bukit untuk menyelamatkan diri.
4. Terdengar Suara Gemuruh
Menurut pengakuan saksi mata kejadian tsunami tahun
2004 silam, sesaat sebelum datangnya gelombang tsunami terdengar suara gemuruh
keras seperti kereta yang mengangkut barang. Ada juga yang mengatakan terdengar
suara ledakan kecil dari kejauhan secara berulang ulang dan angin yang
berhembus tidak biasa.
Sistem Peringatan Dini Bahaya Tsunami
Kota kota yang berada di sekitar samudera Pasifik
sudah memiliki sistem keamanan terhadap bahaya tsunami. Mereka menciptakan
sebuah alarm peringatan yang akan berbunyi jika tsunami muncul serta sudah
menyiapkan skema evakuasi secara cepat dan tepat. Sebenarnya bencana tsunami
dapat diketahui sejak dini yakni dengan memasang perangkat yang berada di
permukaan dan dasar laut yang berfungsi untuk memonitor pergerakan gelombang.
Sehingga ketika terdapat gelombang laut yang tidak
biasa, maka perangkat tersebut akan mengirimkan sinyal kepada satelit yang
kemudian diteruskan kepada stasiun/ badan yang berwenang untuk segera
disampaikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah yang akan
terkena dampak tsunami tersebut.
Negara maju seperti Amerika Serikat sudah sejak
lama memiliki teknologi seperti ini, diketahui sudah mengembangkan-nya sejak
tahun 1920an dan di sempurnakan pada tahun 1949 dan menghubungkannya ke
jaringan data Internasional pada tahun 1965. Salah satu sistem peringatan dini
tsunami yang sudah dikembangkan AS adalah CREST Project yang telah dipasang di
pantai barat Amerika Serikat, Hawaii dan Alaska oleh NOAA, USGS dan PNSN
(Pasifik Northwest Seismograph Network).
Sementara untuk Indonesia sudah memiliki sistem
peringatan dini bahaya tsunami yang dikembangkan pemerintah dengan bantuan
negara negara lain yang dinamakan dengan Indonesia Tsunami Early System
(InaTEWS). Sistem tersebut berpusat di Badan Metreologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), Jakarta. Diharapkan sistem peringatan tsunami Indonesia
tersebut dapat memberikan 3 tingkat peringatan, dan saat ini InaTEWS sedang
disempurnakan.
Sebuah perangkat peringatan dini tsunami merupakan
sistem yang rumit, sehingga dalam pembuatan dan pengembangan-nya harus
melibatkan tenaga tenaga ahli sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemyampaian informasi yang dikeluarkan oleh badan berwenang. Berikut cara kerja
sistem peringatan dini tsunami:
Saat terjadi gempa bumi, alat seismograph akan
mencatat informasi gempa seperti kekuatan, letak koordinat, waktu terjadinya
yang kemudian dikirimkan melalui satelit ke stasiun BMKG yang ada di Jakarta.
Selanjutnya data gempa bumi tersebut dimasukan
kedalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi tsunami atau
tidak. Perhitungan yang dilakukan DSS sudah teruji keakuratan-nya karena
sebelumnya telah dilakukan jutaan skenario modelling.
Hasil kalkulasi dari DSS tersebut dapat dijadikan
informasi oleh BMKG yang akan diteruskan kepada masyarakat melalui pemerintahan
daerah masing masing. Dapat juga melalui Media seperti Televisi, Fax, Email dan
Radio.
Peristiwa Tsunami Dalam Sejarah
Sepanjang sejarah sudah tak terhitung lagi kejadian
tsunami, faktor yang menyebabkan-nya karena sedikitnya dokumentasi yang ada
atau tsunami skala kecil yang terjadi pada daerah yang tidak berpenduduk
sehingga tidak terhitung dan tercatat. Namun terdapat beberapa bencana tsunami
yang dampaknya sangat merusak serta menimbulkan banyak korban jiwa dengan
daftar sebagai berikut:
Tsunami Laut Mediterania (6000 SM), Merupakan
tsunami paling tua yang kejadiannya dapat dibuktikan oleh ilmuwan. Penyebab
terjadinya tsunami ini karena terjadi longsor skala besar pada gugusan es yang
langsung menghantam permukaan laut mediterania sehingga menimbulkan gelombang
setinggi 50 meter
Tsunami Zaman Yunani Kuno (1500 SM), Merupakan
bencana tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung berapi yang berada di dekat
pulau Thera. Menurut prediksi ahli geologi tsunami ini menghasilkan gelombang
setinggi 15 meter dan menewaskan ratusan ribua jiwa serta menghancurkan
peradaban Minoa yang sedang berkembang saat itu.
Tsunami Portugal (1 November 1755), Diawali
terjadinya gempa bumi sebesar 9 Skala Ricther dengan episentrum yang terletak
sekitar 200 km barat daya tanjung St Vincent. Tsunami tersebut terjadi di pagi
hari yang kemudian diikuti oleh kebakaran hebat yang melanda kota Lisbon
sehingga menyebabkan kehancuran total ibukota Portugal tersebut. Diperkirakan terdapat
60 ribu hingga 100 ribu orang tewas akibat terjangan salah satu tsunami
terbesar dalam sejarah yang pernah melanda daratan Eropa.
Tsunami China (1782), Gempa tektonik yang terjadi
di laut China Selatan atau didekat Taiwan sehingga menimbulkan tsunami dahsyat
yang menewaskan setidaknya 40 ribu orang. Berdasarkan catatan tsunami yang
dikeluarkan Russia, gelombang air laut masuk ke daratan hingga berjarak 120
kilometer dari bibir pantai.
Tsunami Krakatau (1883), Merupakan tsunami yang
disebabkan oleh letusan gunung krakatau yang berada di selat sunda. Dahsyatnya
letusan menyebabkan munculnya gelombang yang meyapu bersih semua desa desa yang
berada di sekitar garis pantai lampung bagian selatan dan ujung barat pulau
jawa. Terdapat sekurang kurangnya 36 ribu korban jiwa tewas akibat gunung
meletus yang kemudian diikuti dengan tsunami tersebut.
Tsunami Jepang (1896), Gempa bumi memang sering
terjadi setiap tahun di jepang dan umumnya tidak menimbulkan banyak korban
jiwa. Namun tidak seperti yang terjadi pada penghujung abad 19 dimana tsunami
terjadi setelah terjadinya gempa tektonik sehingga menghasilkan gelombang
setinggi 30 meter yang menyapu bersih seluruh pantai timur jepang kala itu dan
menewaskan sekitar 27 ribu orang.
Tsunami Hawaii (1 April 1946), Sering disebut
dengan Peristiwa April Fool yang bermula dari terjadinya gempa di Alaska
sehingga menciptakan gelombang tsunami yang menjalar hingga Hawaii yang
berjarak ribuan kilometer dan dilaporkan ada 159 orang tewas.
Tsunami Teluk Lituya (9 Juli 1958), Merupakan
tsunami dengan gelombang tertinggi yang pernah diketahui manusia. Penyebab
berawal dari gempa bumi sehingga meruntuhkan batuan dan material dengan volume
30,6 juta meter kubik sehingga menghantan permukaan air dan menciptakan
gelombang tsunami setinggi 524 meter. Karena tsunami ini terjadi di daerah
terpencil, maka tidak banyak korban jiwa yang jatuh, hanya ada 2 orang nelayan
yang tewas atas musibah ini.
Tsunami Chile (22 Mei 1960), Merupakan tsunami
sebelumnya disebabkan oleh gempa bumi dengan magnitudo sebesar 9.5 SR dan
merupakan gempa bumi paling kuat yang pernah terekam dalam sejarah manusia.
Gempa bumi yang terjadi di siang hari sekitar pukul 14.11 waktu setempat
menyebabkan terjadinya gelombang tsunami yang menghantan Chile, Alaska, Filipina,
Jepang, Hawaii, Selendia Baru hingga mencapai tenggara Australia. Tsunami ini
mengakibatkan kehancuran total di sepanjang garis pantai Chile dan korban tewas
mencapai ribuan orang.
Tsunami Good Friday (27 Maret 1964), Tsunami yang
terjadi pada hari jumat di alaska dengan gelombang setinggi 67 meter menghantam
Valdes Inlet dan gelombang kiriman setinggi 6 meter menyapu pantai California.
Berdasarkan data yang dihimpun terdapat 120 orang tewas yang mana 10
diantaranya berasal dari California.
Tsunami Filipina (23 Agustus 1976), Tsunami yang
dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7.9 SR menerjang pantai barat daya Filipina
dan menewaskan 8 ribu orang. Dan tsunami yang terjadi di Papua New Guinea yang
terjadi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 7.1 SR dan
menewaskan sekitar 2200 orang.
Tsunami Aceh (26 Desember 2004), Merupakan tsunami
terbesar sepanjang sejarah berdasarkan jumlah korban yang tewas. Ada sekitar
266 ribu orang meninggal dunia yang tersebar di Indonesia, India, Srilangka,
Thailand, Maladewa, Bangladesh hingga gelombangnya mencapai pantai timur benua
Afrika. Gempa tersebut diawali oleh gempa bumi berkekuatan 9.1 hingga 9.3 SR
menjadikannya sebagai gempa bumi ke-4 terbesar dalam sejarah. Sekitar 3 bulan
setelah bencana tsunami aceh, timbul lagi tsunami yang terjadi di Nias yang
menewaskan 1300 orang yang diawali dari gempa 8.7 SR.
Tsunami Yogyakarta (27 Mei 2006), Diawali dengan
gempa bumi berkekuatan 5.9 SR yang berpusat di selatan kota Bantul, Yogyakarta
sehingga menimbulkan gelombang tsunami yang menyapu pantai selatan Jawa. Ada
sekitar 3000 orang lebih tewas akibat bencana tersebut.
Tsunami Mentawai (25 Oktober 2010), Merupakan
bencana tsunami yang terjadi pada malam hari di kepulauan Mentawai (Barat
Sumatera) yang dipicu oleh gempa bumi dengan kekuatan sebesar 7.2 SR sehingga
menghancurkan 77 desa dan ratusan orang tewas dan hilang akibat bencana
tersebut.
Penyebab tsunami di dunia dan di Indonesia sendiri
hampir sama, serta banyak tragedi dan korban jiwa yang telah direngut karena
kejadian ini. Berdoa pada Tuhan serta penerapan teknologi pendeteksi dini
tsunami adalah solusi meminimalisir korban jiwa.
Penyebab Tsunami dan Akibatnya
Indonesia merupakan negara yang terletak di antara
dua Benua yakni Asia dan Australia dan antara dua Samudera yakni Pasifik dan
Hindia sehingga menjadi zona pertemuan lempeng dunia. Hal inilah yang menjadi penyebab
kenapa Indonesia memiliki banyak gunung terutama yang berstatus masih aktif.
Setiap tahun lempeng terus bergerak aktif, saling menjauhi ataupun saling
menabrak satu sama lain dan terus terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun.
Lempeng yang saling bertabrakan tentu saja akan ada
salah satu lempeng yang kalah dan pada akhirnya terangkat ke atas membentuk
dataran tinggi dan pengunungan. Seperti contoh lempeng/ plate India-Australia
yang bergerak menabrak lempeng Eurasia 5.6 cm per tahun yang terjadi pada pulau
Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara dan lempeng Pasifik yang bergerak mendekati
lempeng Philipina dan Eurasia sebesar 12 cm per tahun yang terjadi pada sekitar
pulau Papua dan kepulauan Maluku menyebabkan banyak gunung berapi di wilayah
tabrakan antar lempeng tersebut.
Ketika terdapat dua lempeng yang saling bergerak
menyebabkan gesekan diantara keduanya dan tak jarang menimbulkan gempa teknonik
yang selalu terjadi tiap tahun di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pantai
barat Sumatera, pantai selatan jawa dan Nusa tenggara hingga sebagian besar
wilayah Papua sekitarnya. Dan menurut fakta yang sering terjadi, gempa tektonik
di Indonesia terjadi pada wilayah lautan sehingga tak jarang menimbulkan
potensi Tsunami.
Pengertian Tsunami
Tsunami berasal dari dua kata jepang, “Tsu” yang
berarti pelabuhan dan “Nami” yang berarti gelombang dan secara harafiah berarti
gelombang besar di pelabuhan merupakan perpindahan badan air skala besar yang
disebabkan oleh perubahan air laut secara tiba tiba dengan gerakan vertikal
yang terjadi di lautan lepas.
Gelombang Tsunami dapat bergerak ke segala arah
hingga mencapai jarak ribuan kilometer, daya kerusakan-nya akan semakin kuat
pada daratan yang dekat dengan pusat gangguan. Pada lautan dalam gelombang
tsunami tidaklah terlalu tinggi yakni hanya 1 meter namun kecepatannya bisa
mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam (setara dengan kecepatan pesawat
jet), sehingga tidak terasa oleh kapal yang berada di lautan.
Semakin mendekati daratan kecepatan tsunami akan
semakin menurun setidaknya hingga mencapai 35 hingga 50 kilometer per jam,
namun gelombangnya semakin tinggi yakni dapat mencapai 20 meter sehingga dapat
masuk puluhan kilometer kedalam daratan, sehingga dapat meluluh-lantakan apapun
yang menghadangnya seperti kendaraan dan material lainnya.
Gelombang tsunami skala besar dapat menimbulkan
jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit, hal ini disebabkan oleh daya hantam
yang begitu besar sehingga dapat merusak apapun seperti tumbuhan, bangunan dan
manusia yang hanyut terbawa gelombang, selain itu tsunami juga dapat merusak
areal pertanian dan sumber air bersih seperti sumur karena pencemaran air asin
ketika gelombang tsunami masuk ke daratan.
Penyebab Terjadinya Tsunami
Pada jaman dahulu, banyak orang yang beranggapan
bahwa tsunami merupakan salah satu wujud gelombang pasang yang terjadi dalam
skala besar, namun saat ilmu pengatahun sudah semakin berkembang khususnya
dibidang Oseanografi, anggapan tersebut terbukti keliru dan tidak sesuai lagi.
Memang secara penampakan tsunami mirip dengan gelombang pasang yakni air naik
ke daratan, namun terdapat perbedaan yang begitu mencolok yakni gelombang
pasang terjadi secara perlahan dan bertahap sehingga tidak merusak, sedangkan
tsunami bersifat sebaliknya.Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
tsunami seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Gempa Bumi Bawah Laut
Penyebab tsunami yang paling umum adalah Gempa bumi
bawah laut. Ia Merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan tsunami dengan
persentase 90 persen kerjadian tsunami disebabkan oleh terjadinya gempa yang
berada dibawah samudera.Sebagai zona pertemuan lempeng dunia, menjadikan
Indonesia sangat berpotensi mengalami gempa yang berpusat di bawah laut. Namun
tidak semua gempa bawah laut bisa menimbulkan tsunami.
Beberapa kriteria yang dapat menyebabkan terjadinya
tsunami seperti, pusat gempa yang terletak di kedalaman 0 hingga 30 km dibawah
permukaan laut. Semakin dangkal pusat gempa maka akan semakin besar peluang
munculnya tsunami hal ini disebabkan oleh getaran yang dihasilkan akan semakin
kuat. Selain itu gempa besar dengan kekuatan di atas 6.5 SR juga menjadi
pemicu, karena dengan kekuatan sebesar itu sudah mampu mempengaruhi gelombang
laut.
Kriteria selanjutnya adalah jenis persesaran gempa
berjenis naik turun, sehingga akan menimbulkan gelombang baru yang jika
bergerak ke daratan bisa menghasilkan tsunami. Lebih parah lagi jika terjadi
patahan di dasar laut sehingga menyebabkan air laut turun secara mendadak dan
menjadi cikal bakal tsunami.
2. Letusan Gunung Berapi Bawah Laut atau Atas
Laut
Dampak letusan gunung berapi bawah laut dapat
menjadi penyebab tsunami yang sangat besar. Tidak hanya di daratan, lautan yang
begitu luas sebenarnya juga terdapat gunung berapi, yang apabila meletus akan
menimbulkan getaran yang efeknya sama dengan gempa tektonik bawah laut tadi.
Meskipun jarang terjadi namun jika sekali terjadi dapat menimbulkan tsunami.
Semakin besar skala letusan maka akan semakin besar tsunami yang dihasilkan.
Peristiwa tsunami yang paling terkenal akibat
letusan gunung berapi yakni terjadi pada tahun 1883 dimana saat itu gunung
krakatau meletus dengan begitu dahsyat sehingga menimbulkan gelombang tsunami
yang menyapu bersih desa desa di pantai sekitar selat sunda. Begitu juga dengan
letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang menimbulkan tsunami di daerah Jawa
timur, Nusa tenggara hingga mencapai kepulauan Maluku.
Indonesia sebagai negara yang memiliki gunung
berapi terbanyak sehingga dijuluki Ring of Fire harus waspada terhadap potensi
tsunami yang disebabkan oleh letusan vulkanik gunung berapi. Terutama pada
gunung yang berdekatan dengan laut seperti gunung Gamalama di kepulauan Maluku
utara dan Anak Krakatau di selat Sunda (baca : ciri ciri gunung berapi akan
meletus).
3. Longsor Bawah Laut
Penyebab tsunami yang juga termasuk sering adalah
karena longsor. Kejadian longsor tidak hanya terjadi di daratan yang sering
diberitakan selama ini. Di dasar laut sebenarnya juga memiliki struktur yang
mirip dengan daratan yakni terdapat bukit/ punggung laut dan lembah/ palung
laut, serta cekungan yang dapat saja longsor dimana semakin besar volume
longsoran maka akan semakin tinggi potensi terjadi tsunami.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
longsor laut, seperti gempa bumi tektonik dan letusan gunung bawah laut atau
didaratan yang dekat dengan laut. Kedua faktor ini tentu saja menimbulkan
getaran yang memicu longsor pada struktur dasar laut. Pada daratan pun sering
terdengar peristiwa longsor yang disebabkan oleh gempa bumi.
Penyebab lainnya yaitu terjadinya tabrakan antar
lempeng yang terjadi di dasar laut, sehingga menimbulkan patahan dan longsor.
Pada tahun 2008 diadakan penelitian di samudra Hindia yang menyebutkan adanya palung
laut yang membentang dari pulau Siberut hingga pesisir pantai Bengkulu yang
apabila longsor dapat menyebabkan tsunami di pantai barat Sumatera. Tsunami
yang terjadi akibat longsor disebut juga dengan tsunamic submarine landslide.
4. Hantaman Meteor
Meskipun sangat jarang terjadi namun kekuatan
tsunami yang disebabkan oleh meteor yang jatuh ke samudera/ lautan sangatlah
masif. Sepanjang sejarah peradaban manusia, belum ada dokumentasi mengenai
tsunami akibat hamtaman meteor ini. Namun berdasarkan simulasi yang dilakukan
pada komputer canggih, dampaknya merupakan paling besar jika dibandingkan
dengan tsunami yang disebabkan faktor lain.
Jika meteor nya berukuran kecil tidak terlalu
berpengaruh, namun jika ukuran meteor sangat besar, misalnya berdiameter lebih
dari 1 km maka akan menimbulkan mega tsunami dengan ketinggian gelombang
ratusan meter. Dan hal ini tentu saja akan mengakibatkan kehancuran peradaban
manusia dan menyapu bersih daratan hingga ratusan kilometer dan menenggelamkan
pulau pulau kecil disekitar pusat hamtaman. (baca : penyebab banjir dan tanah
longsor)
Belum lagi dampak jangka panjangnya yang
mempengaruhi bumi seperti perubahan iklim, hancurnya pertanian dunia dan
kelaparan massal serta pada akhirnya menyebabkan kematian makhluk hidup dalam
skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan meteor saat menabrak bumi yaitu
sekitar puluhan ribu kilometer per jam, sehingga dapat dibayangkan betapa besar
energi yang dihasilkan akibat hantaman, terlebih jika ukurannya sangat besar.
Tanda Tanda Awal Sebelum Terjadi Tsunami
Seperti pada bencana alam secara umumnya, tsunami
juga memiliki tanda tanda khas yang sebenarnya dapat dipelajari sehingga akan
meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Ada tanda tanda yang sangat jelas namun ada
pula yang samar. Tanda yang sangat jelas merupakan indikator utama yang apabila
muncul sudah dapat dipastikan bencana tsunami akan segera datang. Berikut tanda
tanda awal yang sering terjadi sebelum datangnya tsunami.
1. Diawali Dengan Terjadinya Gempa Bumi
Pemicu awal sebelum terjadinya tsunami adalah
terjadinya gempa besar terutama di sekitar pantai dan laut. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas minimal kekuatan gempa sebesar 6.5 SR baru dapat
dikategorikan sebagai tanda awal. Namun jika gempa bumi skala kecil maka tidak
perlu dihiraukan karena tidak akan menimbulkan tsunami.
2. Air Laut Yang Tiba Tiba Surut
Tanda yang paling jelas sebelum terjadinya tsunami
adalah air laut yang surut secara tiba tiba. Jika terjadi kejadian seperti ini,
segera lakukan evakuasi secepatnya karena tidak lama setelah tanda ini ,muncul
tsunami datang dan menghantam daratan. Semakin jauh surutnya maka biasa nya
akan semakin kuat dan besar tsunami yang dihasilkan, meskipun surutnya air laut
tidak selalu berkaitan dengan bahaya tsunami namun perlu diwaspadai supaya
tidak jatuh banyak korban jiwa.
Sebenarnya yang menyebabkan air laut surut karena,
sesaat sebelum munculnya gelombang tsunami, permukaan laut turun secara
mendadak yang disebabkan oleh gempa bumi, longsor dan faktor lain, sehingga
terdapat kekosongan ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik dan ketika
gelombang tsunami sudah tercipta baru kembali ke pantai dengan gelombang yang
besar.
3. Tanda Tanda Alam Yang Tidak Biasa
Seperti gerakan angin yang tidak biasa, perilaku
hewan hewan yang aneh, misalnya kelelawar yang biasanya tidur di siang hari
terlihat aktif akif pada 30 menit sebelum terjadinya tsunami. Burung burung
yang terbang bergerombol yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Begitu juga
perilaku hewan hewan darat yang gelisah seperti yang terjadi di Thailand dimana
sekitar satu jam sebelum tsunami menghantam negara tersebut, diketahui gajah
gajah berlarian menuju bukit untuk menyelamatkan diri.
4. Terdengar Suara Gemuruh
Menurut pengakuan saksi mata kejadian tsunami tahun
2004 silam, sesaat sebelum datangnya gelombang tsunami terdengar suara gemuruh
keras seperti kereta yang mengangkut barang. Ada juga yang mengatakan terdengar
suara ledakan kecil dari kejauhan secara berulang ulang dan angin yang
berhembus tidak biasa.
Sistem Peringatan Dini Bahaya Tsunami
Kota kota yang berada di sekitar samudera Pasifik
sudah memiliki sistem keamanan terhadap bahaya tsunami. Mereka menciptakan
sebuah alarm peringatan yang akan berbunyi jika tsunami muncul serta sudah
menyiapkan skema evakuasi secara cepat dan tepat. Sebenarnya bencana tsunami
dapat diketahui sejak dini yakni dengan memasang perangkat yang berada di
permukaan dan dasar laut yang berfungsi untuk memonitor pergerakan gelombang.
Sehingga ketika terdapat gelombang laut yang tidak
biasa, maka perangkat tersebut akan mengirimkan sinyal kepada satelit yang
kemudian diteruskan kepada stasiun/ badan yang berwenang untuk segera
disampaikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah yang akan
terkena dampak tsunami tersebut.
Negara maju seperti Amerika Serikat sudah sejak
lama memiliki teknologi seperti ini, diketahui sudah mengembangkan-nya sejak
tahun 1920an dan di sempurnakan pada tahun 1949 dan menghubungkannya ke
jaringan data Internasional pada tahun 1965. Salah satu sistem peringatan dini
tsunami yang sudah dikembangkan AS adalah CREST Project yang telah dipasang di
pantai barat Amerika Serikat, Hawaii dan Alaska oleh NOAA, USGS dan PNSN
(Pasifik Northwest Seismograph Network).
Sementara untuk Indonesia sudah memiliki sistem
peringatan dini bahaya tsunami yang dikembangkan pemerintah dengan bantuan
negara negara lain yang dinamakan dengan Indonesia Tsunami Early System
(InaTEWS). Sistem tersebut berpusat di Badan Metreologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), Jakarta. Diharapkan sistem peringatan tsunami Indonesia
tersebut dapat memberikan 3 tingkat peringatan, dan saat ini InaTEWS sedang
disempurnakan.
Sebuah perangkat peringatan dini tsunami merupakan
sistem yang rumit, sehingga dalam pembuatan dan pengembangan-nya harus
melibatkan tenaga tenaga ahli sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemyampaian informasi yang dikeluarkan oleh badan berwenang. Berikut cara kerja
sistem peringatan dini tsunami:
Saat terjadi gempa bumi, alat seismograph akan
mencatat informasi gempa seperti kekuatan, letak koordinat, waktu terjadinya
yang kemudian dikirimkan melalui satelit ke stasiun BMKG yang ada di Jakarta.
Selanjutnya data gempa bumi tersebut dimasukan
kedalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi tsunami atau
tidak. Perhitungan yang dilakukan DSS sudah teruji keakuratan-nya karena
sebelumnya telah dilakukan jutaan skenario modelling.
Hasil kalkulasi dari DSS tersebut dapat dijadikan
informasi oleh BMKG yang akan diteruskan kepada masyarakat melalui pemerintahan
daerah masing masing. Dapat juga melalui Media seperti Televisi, Fax, Email dan
Radio.
Peristiwa Tsunami Dalam Sejarah
Sepanjang sejarah sudah tak terhitung lagi kejadian
tsunami, faktor yang menyebabkan-nya karena sedikitnya dokumentasi yang ada
atau tsunami skala kecil yang terjadi pada daerah yang tidak berpenduduk
sehingga tidak terhitung dan tercatat. Namun terdapat beberapa bencana tsunami
yang dampaknya sangat merusak serta menimbulkan banyak korban jiwa dengan
daftar sebagai berikut:
Tsunami Laut Mediterania (6000 SM), Merupakan
tsunami paling tua yang kejadiannya dapat dibuktikan oleh ilmuwan. Penyebab
terjadinya tsunami ini karena terjadi longsor skala besar pada gugusan es yang
langsung menghantam permukaan laut mediterania sehingga menimbulkan gelombang
setinggi 50 meter
Tsunami Zaman Yunani Kuno (1500 SM), Merupakan
bencana tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung berapi yang berada di dekat
pulau Thera. Menurut prediksi ahli geologi tsunami ini menghasilkan gelombang
setinggi 15 meter dan menewaskan ratusan ribua jiwa serta menghancurkan
peradaban Minoa yang sedang berkembang saat itu.
Tsunami Portugal (1 November 1755), Diawali
terjadinya gempa bumi sebesar 9 Skala Ricther dengan episentrum yang terletak
sekitar 200 km barat daya tanjung St Vincent. Tsunami tersebut terjadi di pagi
hari yang kemudian diikuti oleh kebakaran hebat yang melanda kota Lisbon
sehingga menyebabkan kehancuran total ibukota Portugal tersebut. Diperkirakan terdapat
60 ribu hingga 100 ribu orang tewas akibat terjangan salah satu tsunami
terbesar dalam sejarah yang pernah melanda daratan Eropa.
Tsunami China (1782), Gempa tektonik yang terjadi
di laut China Selatan atau didekat Taiwan sehingga menimbulkan tsunami dahsyat
yang menewaskan setidaknya 40 ribu orang. Berdasarkan catatan tsunami yang
dikeluarkan Russia, gelombang air laut masuk ke daratan hingga berjarak 120
kilometer dari bibir pantai.
Tsunami Krakatau (1883), Merupakan tsunami yang
disebabkan oleh letusan gunung krakatau yang berada di selat sunda. Dahsyatnya
letusan menyebabkan munculnya gelombang yang meyapu bersih semua desa desa yang
berada di sekitar garis pantai lampung bagian selatan dan ujung barat pulau
jawa. Terdapat sekurang kurangnya 36 ribu korban jiwa tewas akibat gunung
meletus yang kemudian diikuti dengan tsunami tersebut.
Tsunami Jepang (1896), Gempa bumi memang sering
terjadi setiap tahun di jepang dan umumnya tidak menimbulkan banyak korban
jiwa. Namun tidak seperti yang terjadi pada penghujung abad 19 dimana tsunami
terjadi setelah terjadinya gempa tektonik sehingga menghasilkan gelombang
setinggi 30 meter yang menyapu bersih seluruh pantai timur jepang kala itu dan
menewaskan sekitar 27 ribu orang.
Tsunami Hawaii (1 April 1946), Sering disebut
dengan Peristiwa April Fool yang bermula dari terjadinya gempa di Alaska
sehingga menciptakan gelombang tsunami yang menjalar hingga Hawaii yang
berjarak ribuan kilometer dan dilaporkan ada 159 orang tewas.
Tsunami Teluk Lituya (9 Juli 1958), Merupakan
tsunami dengan gelombang tertinggi yang pernah diketahui manusia. Penyebab
berawal dari gempa bumi sehingga meruntuhkan batuan dan material dengan volume
30,6 juta meter kubik sehingga menghantan permukaan air dan menciptakan
gelombang tsunami setinggi 524 meter. Karena tsunami ini terjadi di daerah
terpencil, maka tidak banyak korban jiwa yang jatuh, hanya ada 2 orang nelayan
yang tewas atas musibah ini.
Tsunami Chile (22 Mei 1960), Merupakan tsunami
sebelumnya disebabkan oleh gempa bumi dengan magnitudo sebesar 9.5 SR dan
merupakan gempa bumi paling kuat yang pernah terekam dalam sejarah manusia.
Gempa bumi yang terjadi di siang hari sekitar pukul 14.11 waktu setempat
menyebabkan terjadinya gelombang tsunami yang menghantan Chile, Alaska, Filipina,
Jepang, Hawaii, Selendia Baru hingga mencapai tenggara Australia. Tsunami ini
mengakibatkan kehancuran total di sepanjang garis pantai Chile dan korban tewas
mencapai ribuan orang.
Tsunami Good Friday (27 Maret 1964), Tsunami yang
terjadi pada hari jumat di alaska dengan gelombang setinggi 67 meter menghantam
Valdes Inlet dan gelombang kiriman setinggi 6 meter menyapu pantai California.
Berdasarkan data yang dihimpun terdapat 120 orang tewas yang mana 10
diantaranya berasal dari California.
Tsunami Filipina (23 Agustus 1976), Tsunami yang
dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7.9 SR menerjang pantai barat daya Filipina
dan menewaskan 8 ribu orang. Dan tsunami yang terjadi di Papua New Guinea yang
terjadi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 7.1 SR dan
menewaskan sekitar 2200 orang.
Tsunami Aceh (26 Desember 2004), Merupakan tsunami
terbesar sepanjang sejarah berdasarkan jumlah korban yang tewas. Ada sekitar
266 ribu orang meninggal dunia yang tersebar di Indonesia, India, Srilangka,
Thailand, Maladewa, Bangladesh hingga gelombangnya mencapai pantai timur benua
Afrika. Gempa tersebut diawali oleh gempa bumi berkekuatan 9.1 hingga 9.3 SR
menjadikannya sebagai gempa bumi ke-4 terbesar dalam sejarah. Sekitar 3 bulan
setelah bencana tsunami aceh, timbul lagi tsunami yang terjadi di Nias yang
menewaskan 1300 orang yang diawali dari gempa 8.7 SR.
Tsunami Yogyakarta (27 Mei 2006), Diawali dengan
gempa bumi berkekuatan 5.9 SR yang berpusat di selatan kota Bantul, Yogyakarta
sehingga menimbulkan gelombang tsunami yang menyapu pantai selatan Jawa. Ada
sekitar 3000 orang lebih tewas akibat bencana tersebut.
Tsunami Mentawai (25 Oktober 2010), Merupakan
bencana tsunami yang terjadi pada malam hari di kepulauan Mentawai (Barat
Sumatera) yang dipicu oleh gempa bumi dengan kekuatan sebesar 7.2 SR sehingga
menghancurkan 77 desa dan ratusan orang tewas dan hilang akibat bencana
tersebut.
Penyebab tsunami di dunia dan di Indonesia sendiri
hampir sama, serta banyak tragedi dan korban jiwa yang telah direngut karena
kejadian ini. Berdoa pada Tuhan serta penerapan teknologi pendeteksi dini
tsunami adalah solusi meminimalisir korban jiwa.
Tags:
Artikel