Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah
menegakkan amar ma’ruf nahy munkar. Ilmu yang tak berdiri atas kebaikan dan
memerangi kemungkaran adalah ilmu
yang hampa.
Rasulullah saw pernah
bersabda, ”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya.” Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi
penerang. Mengusir kegelapan juga menjadi salah satu tujuan munculnya cahaya.
Petunjuk arah juga peran yang tak kalah penting dari cahaya. Maka, ilmu yang
benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah
kebaikan.
Posisi ilmu sebagai cahaya
adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena
kemuliaan ilmu, Allah memerintahkan nabinya untuk berdoa agar Rabbul Izzati
berkenan memberi ilmu sebagai rezeki. ”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ’Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Thahaa: 114).
Maka, sebuah konsekuensi yang sangat
logis ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia maka kemuliaan yang sama
dengan sendirinya akan menjadi milik kita. Allah memuliakan dan meninggikan
derajat manusia yang memiliki ilmu. ” Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al Mujadilah: 11).
mereka menghamba kepada-Ku,” (QS Adz Dzaariyaat: 56) Karena itupula, setiap ilmu pengetahuan yang kita
pelajari tidak lain harus dibangun dengan satu tujuan, agar proses pengabdian
kita kepada Allah SWT lebih baik dan semakin sempurna.
Karena itu pula Rasulullah pernah bersabda tentang ilmu
yang paling baik untuk manusia. ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah menerima
kebaikan, maka Dia akan memberinya kemampuan untuk memahami ilmu agama,” sabda
Rasulullah dalam hadits
yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.
Ilmu yang baik akan bermanfaat, dan manfaat yang paling
besar dalam kehidupan ini adalah menegakkan amar ma’ruf nahy munkar.
Amar ma’ruf nahy munkar adalah tugas besar yang tak mengenal kata usai dalam
agama mulia ini. Tugas besar ini terdiri dari dua komponen besar pula, ilmu dan
amal. Ilmu yang berlimpah, menggunung dan menganak sungai tidak akan bermanfaat
sedikitpun tanpa amal yang berkesinambungan.
”Apakah dengan mengangkat 200 kati minuman keras akan
membuatmu mabuk?” demikian seorang pernah bertanya. Mengangkat 200 kati minuman
keras tak akan pernah membuat kita mabuk, tapi dengan meminumnya kita akan
mabuk dan hilang kesadaran.
Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan
mampu menghentikan kemaksiatan jika sang pemilik ilmu tak mengamalkan setiap
pengetahuan yang dimilikinya. Memiliki ilmu dan melakukan amal, merekalah
orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan. ” Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar,merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS
ali Imran: 104).
Ilmu menjadi cahaya karena ada orang-orang yang
menyalakannya. Cahaya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan
penerangan. Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan, karena ada mereka yang
mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Predikat shalih tidak terdiri hanya dari komponen iman
pada Allah dan hari akhir saja. ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana,” (QS at Taubah: 71).
Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sampai kita
menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan
perempuan. Kita juga tak akan mampu mencapai predikat beriman tanpa
menegakkan amar ma’ruf nahy munkar. Taat, shalat dan zakat tak cukup membuat
kita berdiri dengan gagah di depan Allah SWT di hari kiamat.
Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan memuliakan
ilmu. Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan mengamalkan ilmu. Diangkat
tinggi derajatnya di muka bumi. Disanjung harum namanya oleh penduduk langit.
Bahkan para penuntut ilmu diberi perlindungan khusus oleh malaikat yang
membentangkan sayapnya untuk menaungi. ”Sesungguhnya para malaikat
membentangkan sayapnya karena ridha pada para pencari ilmu.,” (HR Abu Daud & Tirmidzi).
Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari
ilmu, niscaya Allah akan memberikan kemudahan jalan baginya untuk menuju
surga.”
Tapi lagi-lagi, harus terpatri di dalam hati bahwa ilmu
tak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintu. Artinya, ilmu harus
berkelana dan mengejawantah dalam kehidupan manusia.
Ilmu akan berkembang melalui dua cara. Pertama, dengan
mengajarkannya. Kedua, dengan mengamalkannya. Dengan mengajarkan, kita
melahirkan generasi baru yang berilmu. Dengan mengamalkan, kita mengajak
membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.
Para ulama salaf pernah berkata, ”Dahulu kami
menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya.”
Jika kita mengurai kata ilmu dalam bahasa Arab, maka
tulisannya terdiri dari tiga huruf saja: ain, lam dan mim. Dari tiga huruf inilah
lahir komponen besar dalam peradaban manusia. Barangnya bernama ilmu,
orangnya bernama alim dan perilakunya bernama amal.
Ketiganya tak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang. Amal
tanpa ilmu, kita memberinya panggilan buta. Ilmu dan amal bisa menjadi gerakan
ketika ada seorang alim yang melaksanakan.
Bangunlah
para pemilik ilmu, nyalakan cahaya, saat ini umat sangat membutuhkan. Lakukan
sesuatu, perbaiki keadaan, dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tak
semakin hancur berantakan. Semoga Allah menolong kita. (Hery Nurdi dalam buku
AGAR HIDUP LEBIH BERKAH)
Tags:
Artikel